Sudah Sucikah Hartamu?

sumber : posting grup WA jama’ah haji an namiroh 2017, Bu Hj Elin

*Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal Asy Syaibani (Imam Hambali) suatu ketika dihampiri perempuan muda yang hendak mencurahkan isi hatinya.*

Perempuan ini sedang dihantui perasaan bersalah atas sikapnya beberapa waktu yang lalu*.

*Mula-mula ia menceritakan kondisi serba kekurangan bersama ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Keadaan ini terpaksa ia hadapi karena sang suami yang menjadi tulang punggung keluarga telah lama meninggal dunia.*

*Untuk bertahan hidup, perempuan itu mengandalkan profesinya sebagai “pemintal benang”. Malam ia memintal, siang ia menjualnya. Fasilitas yang amat terbatas membuatnya tetap melarat dengan pekerjaan ini*.

*”Karena tidak memiliki lampu di dalam rumah, untuk memulai memintal benang, saya terpaksa menunggu cahaya bulan purnama,” tutur perempuan malang ini.*

*Namun suatu malam, tempat tinggal keluarganya tidak segelap biasanya. Bukan sebab sinar purnama telah tiba, melainkan serombongan kafilah kebetulan bermalam di dekat rumah perempuan ini. Lampu-lampu yang mereka bawa secara tidak sengaja turut menerangi area dan gubuk di sekelilingnya.*

*Di hadapan Imam Hambali, perempuan ini mengaku telah memanfaatkan kesempatan bersama cahaya lampu para kafilah tersebut untuk memintal. Yang membuatnya gundah adalah kealpaannya meminta izin kepada rombongan kafilah.*

*“Apakah hasil penjualan benang yang saya pintal di bawah cahaya lampu kafilah itu halal untuk saya gunakan?” tanya perempuan itu kepada sang imam*.

*Imam Hambali menatap kosong. Sesaat kemudian air matanya mengalir. Pendiri mazhab fiqih Hambali ini heran, “di tengah mayoritas orang dilanda keserakahan terhadap dunia”, ada seorang perempuan miskin yang masih memikirkan kesucian harta.*

.

.

وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا

Hasan Basri ditanya: Apa rahsia zuhudmu di dunia ini? Beliau menjawab:

Aku tahu rezekiku tidak akan diambil orang lain, kerana itu hatiku selalu tenang.

Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang lain, kerana itulah aku sibuk beramal soleh.

Aku tahu ALLAH Ta’ala selalu memerhatiku, kerana itulah aku malu jika ALLAH melihatku dalam maksiat.

Aku tahu kematian itu sudah menungguku, kerana itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan ALLAH

Untuk itu :

Janganlah tertipu dengan usia MUDA sebab syarat Mati TIDAK harus TUA.

Janganlah terpedaya dengan tubuh yang SEHAT sebab syarat Mati TIDAK mesti SAKIT

Janganlah terperdaya dengan Harta Kekayaaan Sebab Si kayapun tidak pernah menyiapkan Kain Kafan buat dirinya meski cuma Selembar.

Marilah kita Terus berbuat BAIK, berniat untuk BAIK, berkata yang BAIK-BAIK, Memberi nasihat yang BAIK Meskipun TIDAK banyak orang yang mengenalimu dan Tidak suka dgn Nasihatmu. Cukup lah اللهِ yang mengenalimu lebih dari pada orang lain.

Jadilah seperti Jantung yang tidak terlihat, Tetapi terus berdenyut setiap saat tanpa pamrih hingga kita terus dapat hidup, berkarya dan menebar manfaat bagi sekeliling kita sampai dipanggil kembali oleh NYA.

“Waktu yang kusesali adalah jika pagi hingga matahari terbenam, ‘Amalku tidak bertambah sedikitpun, padahal aku tahu saat ini umurku berkurang” (Ibnu Mas’ud r.a)

Semoga bermanfaat. Aamiin..

KBIH An Namiroh Darul Arqam Garut